Hatutan.com, (4 September 2025), Dili– Kasus penembakan yang melibatkan seorang Warga Negara Indonesia (WNI) dan tiga anggota Unit Polisi Perbatasan (UPF/ Unidade de Patrulhamento da Fronteira) Timor-Leste di wilayah perbatasan Oe-Kussi resmi diserahkan Kepolisian Nasional Timor-Leste (PNTL) kepada Kejaksaan Umum (Ministério Público/MP).
Sinergi menjaga perbatasan, Satgas Yonif 742/SWY gelar patroli bersama Unidade de Patrulhamento da Fronteira (UPF) Timor-Leste. Foto/Dok. Pusat Penerangan TNI
Juru Bicara PNTL, Inspektur João Belo dos Reis, menjelaskan bahwa berkas perkara telah dilimpahkan ke MP untuk melanjutkan proses penyelidikan. Ia menegaskan situasi di lapangan kini terkendali, sementara koordinasi dengan pihak berwenang Indonesia berjalan dengan baik.
“Proses investigasi sedang berlangsung dan negosiasi dengan pihak Indonesia terus berlanjut. Koordinasi dengan UPF, TNI, dan Polri berlangsung sangat baik,” kata João Belo dos Reis dalam konferensi pers di Kementerian Dalam Negeri, Dili, Kamis (04/09/2025).
Advertisement
Ia menambahkan, insiden tersebut berawal dari persoalan batas wilayah yang belum sepenuhnya disepakati. Ada indikasi bahwa garis perbatasan sudah ditetapkan, namun tim dari kedua negara menolak melaksanakannya sesuai dengan perjanjian. Pihak Indonesia sendiri telah mengimbau warganya untuk tidak memasuki wilayah yang bukan lagi menjadi bagian dari Indonesia.
Sementara itu, menyikapi ketegangan di perbatasan Desa Kiubiselo (Oe-Kussi Ambeno, Timor-Leste) dan Distrik Inbate, Pos Bikomi Nilulat (TTU, NTT-Indonesia), Menteri Dalam Negeri Timor-Leste, Francisco da Costa Guterres, memerintahkan Komando PNTL untuk menggalang dialog dengan masyarakat serta pemerintah daerah.
“Kami sedang berdialog, sekaligus memobilisasi masyarakat dan pemerintah daerah agar masalah ini bisa diselesaikan secara damai. Salah satu cara terbaik adalah melalui dialog,” ujar Guterres usai rapat Dewan Menteri di Istana Negara, Dili, Rabu (3/9).
Foto/Dok. Pusat Penerangan TNI
Ia menegaskan, akar persoalan batas wilayah perlu ditelusuri secara mendalam sebelum dicapai solusi bersama. Untuk itu, pemerintah telah menugaskan Komando PNTL ke Oe-Kussi guna memulai proses dialog, serta mendorong polisi komunitas di beberapa wilayah, termasuk Suai, untuk mengintensifkan pertemuan rutin dengan masyarakat.
Dalam dua minggu terakhir (18–31 Agustus 2025), PNTL menangani tiga kasus besar, yakni dua kasus pembunuhan di Kotamadya Ermera dan Baucau, serta kasus penembakan di perbatasan Oe-Kussi yang melibatkan WNI dan anggota UPF. Seluruh kasus tersebut telah dilimpahkan ke Kejaksaan sesuai yurisdiksi masing-masing.
PNTL juga mencatat total 123 kasus dalam Sistem Manajemen Insiden (IMS) selama periode tersebut, meliputi tindak kekerasan dalam rumah tangga, penyerangan, pencurian, kekerasan seksual, hingga ancaman.